Papuaekspose.com – Sistem pemilu di Indonesia disebut sebagai sistem paling kompleks dan rumit di dunia. Meski paling rumit sistem pemilu tidak menjadi sistem dengan kompleksitas paling tinggi di dunia. Demikian dikatakan Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya saat dialog revisi Undang-Undang Pemilu di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta Pusat, Senin (19/5/2025).

“Jadi kita punya one of the most complicated, if not the most complex system di dunia,” kata Bima.

Dia mengatakan, saat ini sistem yang paling mendekati kerumitan pemilu di Indonesia adalah pemilihan di India.

Namun, di India tingkat kompleksitas lebih tinggi, tetapi Indonesia masih paling rumit untuk sistem pemilunya.

Kerumitan itu, kata Bima, terlihat dari beragam aspirasi yang ditampung dalam sistem pemilu, baik pemilihan presiden hingga pemilihan kepala daerah.

“Tetapi dalam konteks itu pun, kita telah melalui enam (kali) pemilu pasca-reformasi dengan relatif damai, kalau jujur berdasarkan data dibandingkan dengan negara-negara yang tadi, Afrika, Amerika Latin. Dan kita baru melalui satu fase pilkada serentak, yang bisa dibilang sukses,” imbuhnya.

Dengan bukti tersebut, Bima mengatakan Indonesia bisa beradaptasi dengan sistem pemilu paling rumit sekalipun.

Sebab itu, dalam revisi UU Pemilu nanti, meskipun ada perubahan, dia meyakini bangsa ini bisa beradaptasi dengan cakap.

Selain itu, Bima menegaskan sistem pemilu di Indonesia tidak boleh mundur secara substantif dan harus mengakomodir demokrasi, suara rakyat, dan kelangsungan pemerintahan.

“Secara substansi kita harus tetap berdemokrasi, nggak boleh mundur. Tapi jangan lupa, demokrasi is not for the sake of democracy. Banyak pemulai sekarang percaya bahwa buat apa kita berdemokrasi, tapi the government is not governing,” imbuhnya.

Sistem pemilu yang baru, kata Bima, harus mengacu pada dimensi cita-cita negara yang telah dihitung mundur hingga 2045, yakni Indonesia Emas.

“Karena itu sekarang dimensinya agak lain, kita di persimpangan jalan, sistem mana yang compatible dengan target kita tadi. Dulu kita panjang dan merasa bahwa kita harus merebut demokrasi,” ucap Bima.

“Kalau sekarang ada target Indonesia Emas, ada target one of the five largest economies in the world. Sehingga kemudian mulai berpikir tentang jangan-jangan kita harus mengevaluasi sistem ini, mana yang paling memungkinkan kita mencapai ke sana (Indonesia Emas),” tandasnya.

Berkomentarlah dengan baik dan bijak menggunakan facebook