Charlie Kirk Aktivis Konservatif dan Sekutu Dekat Presiden Donald Trump Tewas Ditembak di Acara The American Comeback Tour
Papuaekspose.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara resmi melalui saluran akun media sosial mengumumkan kematian aktivis konservatif sekaligus sekutu dekatnya Charlie Kirk (31).
Charlie Kirk (31) tewas ditembak pada Rabu (10/8/2025) di Utah Valley University, Amerika Serikat. Penembakan tersebut terjadi dalam sebuah acara yang bertajuk The American Comeback Tour, di mana Charlie Kirk tengah mengisi acara tersebut dan menjawab pertanyaan audiens.
Kematiannya diumumkan langsung oleh Trump melalui akun media sosialnya. “Tak seorang pun yang memahami atau memiliki hati pemuda di Amerika Serikat lebih baik daripada Charlie,” tulis Trump di akun Truth Social.
Sementara Wali Kota Orem, Utah, David Young mengatakan, pelaku penembakan hingga kini belum ditangkap. Aparat keamanan diketahui menahan seseorang, tetapi disebut bukan tersangka.
Dikutip dari AP News, Kamis (11/9/2025), dalam video yang diunggah di media sosial, Charlie Kirk terlihat berbicara dengan mikrofon genggam sambil duduk di bawah tenda putih bertuliskan slogan “The American Comeback” dan “Prove Me Wrong”.
Charlie Kirk saat itu sempat menjawab pertanyaan dari seorang penonton mengenai penembakan massal dan kekerasan senjata.
Tepat setelahnya, sebuah tembakan meluncur. Kirk terlihat mengangkat tangan kanannya sementara darah mengucur deras dari sisi kiri lehernya.
Para penonton yang melihat peristiwa tersebut terkejut dan berteriak, sebelum akhirnya berlarian.
AP News mengonfirmasi video tersebut diambil di halaman Sorensen Center di kampus Utah Valley University.
Pihak universitas segera mengevakuasi dan menutup area kampus setelah peristiwa tersebut terjadi. Seluruh perkuliahan dibatalkan hingga ada pemberitahuan lebih lanjut.
Mereka yang masih berada di dalam kampus diminta tetap di tempat hingga polisi datang mengawal keluar dengan aman.
Acara yang disebut sebagai perhentian pertama dalam “The American Comeback Tour” ini sebelumnya memang menuai kontroversi.
Petisi daring yang menolak kehadiran Charlie Kirk di kampus mengumpulkan hampir 1.000 tanda tangan.
Meski begitu, pihak universitas sebelumnya menegaskan komitmennya pada kebebasan berbicara, penyelidikan intelektual, serta dialog yang konstruktif.
Penembakan tersebut memicu kecaman luas dari berbagai partai. Donald Trump memerintahkan bendera dikibarkan setengah tiang.
Dari kubu Demokrat, Gubernur California, Gavin Newsom menyebut serangan itu sebagai tindakan yang menjijikkan, keji, dan tercela.
Gabrielle Giffords, mantan anggota Kongres yang pernah menjadi korban penembakan pada 2011, menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga Kirk.
“Pembunuhan Charlie Kirk menghancurkan hati saya. Simpati terdalam saya sampaikan kepada istri, dua anak kecil, dan teman-temannya,” katanya.
Insiden tersebut menambah daftar panjang kasus kekerasan bermotif politik di Amerika Serikat.
Sebelumnya, terjadi pembunuhan seorang legislator negara bagian Minnesota dan suaminya, pengeboman parade di Colorado, hingga pembakaran rumah gubernur Pennsylvania.
Yang paling menyita perhatian adalah penembakan terhadap Donald Trump saat kampanye tahun lalu.
Mantan anggota Kongres Utah, Jason Chaffetz yang hadir dalam acara Kirk, mengaku mendengar langsung suara tembakan. Ia menilai pengamanan saat itu tidak memadai.
“Utah adalah salah satu tempat teraman di planet ini. Jadi, kami tidak terbiasa dengan hal-hal seperti ini,” ujarnya.
Turning Point USA didirikan oleh Charlie Kirk pada 2012, ketika ia masih berusia 18 tahun, di pinggiran Chicago.
Bersama William Montgomery, seorang aktivis tea party, Kirk berkeliling kampus untuk mengampanyekan pajak rendah dan pemerintahan yang terbatas.
Semangat Charlie Kirk dalam berhadapan dengan kalangan liberal di dunia akademis akhirnya menarik perhatian sejumlah pemodal konservatif berpengaruh.
Meski semula ragu, organisasi ini kemudian mendukung Donald Trump setelah ia resmi menjadi calon presiden dari Partai Republik pada 2016.
Dalam masa kampanye, Kirk bahkan sempat bekerja sebagai asisten pribadi Donald Trump Jr, putra sulung Trump.
Popularitas Charlie Kirk pun melonjak. Ia menjadi pengisi tetap di berbagai program televisi kabel dan kerap mengangkat isu perang budaya sekaligus memuji kebijakan Trump.
Dukungan dari Trump dan keluarganya juga terlihat jelas yang memperlihatkan mereka kerap hadir di konferensi-konferensi Turning Point.
Berkomentarlah dengan baik dan bijak menggunakan facebook