Papuaekspose.com – Peristiwa dugaan penembakan dan pembakaran yang dilakukan terhadap seorang ibu di Kampung Jaindapa, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya mendapat perhatian serius dari Komnas HAM Papua.

Ketua Komnas HAM Papua Frits Ramandey mengatakan, Sekretariat Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM) Papua menyatakan telah memverifikasi laporan ihwal dugaan itu.

“Berdasarkan informasi yang diperoleh dari mitra di lapangan, perempuan atas nama Hetina Murip merupakan korban penembakan saat terjadi operasi militer yang dilakukan Satuan Tugas Habema, pada Rabu, 14 Mei lalu,” ungkap Ketua Komnas HAM Papua ini, Minggu (25/5/2025).

Frits menyebut hingga saat ini Komnas HAM Papua masih memverifikasi laporan-laporan yang diperoleh dari mitra di lapangan siapa yang menembak.

“Berdasarkan tradisi suku Migani atau mereka yang mendiami tanah di Intan Jaya, perempuan dilarang keras jadi korban kekerasan, apalagi menjadi korban tewas akibat penembakan dari konflik bersenjata yang terjadi,” tegasnya.

Sementara mengenai pembakaran jenazah Hetina, Frits mengatakan, itu merupakan tradisi masyarakat sekitar. “Masyarakat membakar jenazah yang bersangkutan setelah menemukan korban yang dibunuh dan dipulasara secara tidak manusiawi,” ujar dia.

Frits mendesak TNI-Polri tak lagi melakukan operasi militer di area yang menjadi perkampungan masyarakat. Alasannya, agar tak lagi jatuh korban sipil imbas konflik bersenjata antara TNI-Polri dengan milisi TPNPB.

“Apalagi penyergapan ini, kalau dari laporan yang mereka sampaikan serangan ini menggunakan operasi tempur dan itu yang sangat kami sayangkan,” ucap Frits.

Sebelumnya, Satgas Habema terlibat baku tembak dengan milisi TPNPB di Distrik Sugapa pada Rabu, 14 Mei 2025 dini hari. Pada peristiwa itu, 18 milisi TPNPB pimpinan Undius Kogoya dinyatakan tewas.

Komandan Media Satgas Habema Letnan Kolonel Iwan Dwi Prihartono mengatakan TNI menyita sejumlah barang bukti dari milisi TPNPB antara lain, satu pucuk senapan jenis AK-47, satu pucuk senjata rakitan, puluhan butir amunisi, busur dan anak panah, bendera bintang kejora, serta alat komunikasi.

Akan tetapi, Juru bicara TPNPB Sebby Sambom membantah pernyataan TNI. Dia mengatakan korban tewas dari TPNPB hanya tiga orang, dan dua lainnya mengalami luka-luka. “Mereka yang lain adalah warga sipil yang tewas ditembak TNI,” kata Sambom.

Kepala Pusat Penerangan Markas Besar TNI Mayor Jenderal Kristomei Sianturi mengatakan TNI tak pernah menyakiti masyarakat sipil. Ia menuding TPNPB melakukan propaganda dari operasi militer yang dilakukan Satgas Habema. “Agar masyarakat membenci TNI atas tudingan tak berdasar itu,” ujar Kristomei, 17 Mei 2025.

Berkomentarlah dengan baik dan bijak menggunakan facebook