Markas Pusat TPNPB Tentukan Nasib Egianus Kogoya Melalui Hasil Sidang Istimewa
Papuaekspose.com – Pasca pembebasan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens oleh Egianus Kogoya dan milisinya membuat Markas Pusat TPNPB meradang. Pasalnya pembebasan itu dilakukan tanpa koordinasi ke Markas Pusat TPNPB.
Akibat ulahnya itu melalui Juru bicara TPNPB, Sebby Sambom menyebut nasib Egianus Kogoya dan milisinya di TPNPB bakal ditentukan dalam waktu dekat.
Masih atau tidaknya Egianus Kogoya diakui sebagai bagian dari TPNPB bakal ditentukan melalui sidang istimewa TPNPB.
“Sidang istimewa akan tentukan. Tunggu pekan depan hasilnya,” ujar Sebby, Sabtu, 28 September 2024.
Egianus Kogoya merupakan Panglima TPNPB dari Komando Daerah Pertahanan III Ndugama-Derakma. Milisi Egianus menyandera pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens selama 20 bulan lamanya.
Namun, pada 21, September lalu Egianus membebaskan pilot berpaspor Selandia Baru tersebut dengan menyatakan atas misi kemanusiaan. Philip diserahkan milisi Egianus kepada mantan Penjabat Bupati Nduga, Edison Gwijangge di Kampung Yuguru, Distrik Mebarok, Kabupaten Nduga.
Menurut Sebby, pembebasan yang dilakukan Egianus dijalankan tanpa adanya koordinasi dengan markas pusat TPNPB. Padahal, kata Sebby, pada 24 Agustus lalu Egianus telah menyepakati proposal pembebasan Philip yang telah dibuat oleh markas pusat.
Sebby mencurigai Egianus dan milisinya telah menerima suap dari Edison Gwijangge untuk membebaskan Philip Mark Mehrtens. Hal ini pula yang membuat markas pusat TPNPB meradang.
“Menyerahkan pilot kepada Edison sama saja menyerah pada TNI-Polri. Edison adalah orang kiriman TNI-Polri,” kata Sebby.
Dalam rekaman video yang diperoleh Tempo pada 24 September 2024, Egianus membantah telah menerima uang untuk membebaskan Philip. Ia mengatakan, bahwa pembebasan dilakukan melalui misi kemanuisaan.
“Tidak ada kepentingan pribadi karena kami bebaskan pilot melalui misi kemanusian,” kata Egianus.
Philip Mark Mehrtens disandera setelah mendaratkan pesawat Susi Air dengan kode registrasi PK-BVY di lapangan terbang Paro, Nduga pada 7, Februari 2023. Saat itu, Egianus meminta pembebasan Philip ditukar dengan pengakuan kemerdekaan Papua dari Jakarta dan Selandia Baru.