OJK Ingatkan Risiko Kredit Bank Mengkhawatirkan di Tengah Ketidakpastian Global dan Domestik
Papuaekspose.com – Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengingatkan agar perbankan tetap menjaga prinsip kehati-hatian di tengah ketidakpastian global maupun domestik.
“Risiko kredit perbankan masih terjaga, tercermin dari tren penurunan NPL dan Loan at Risk (LaR), termasuk pada bank KBMI 1. Mitigasi risiko juga tercermin dari tingkat pencadangan CKPN terhadap NPL yang cukup tinggi,” ujar Dian, Jakarta, Sabtu (30/8/2025).
Risiko kredit macet di sektor perbankan kembali jadi sorotan setelah sejumlah bank mencatat rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) menembus dua digit.
Kondisi ini dinilai mengkhawatirkan, meskipun secara industri NPL perbankan relatif stabil di level 2,22 persen per Juni 2025, nyaris sama dengan periode sama tahun sebelumnya sebesar 2,26 persen.
PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) menjadi salah satu bank dengan rasio NPL tinggi, yakni 10,86 persen per Juni 2025, naik dari 8 persen pada Juni 2024. PT Bank KB Indonesia Tbk (BBKP) juga menghadapi tekanan serupa, mencatatkan NPL gross 10,08 persen, meski lebih rendah dibandingkan 11,31 persen setahun sebelumnya.
Sementara itu, PT Bank of India Indonesia Tbk (BSWD) membukukan NPL gross 7,36 persen, meningkat signifikan dari 4,35 persen pada Juni 2024.
VP Corporate Relations KB Bank, Adi Pribadi, menjelaskan bahwa tingginya NPL masih berasal dari portofolio kredit lama. Ia menekankan kualitas kredit baru sejak 2021 relatif baik.
“Portofolio kredit sejak 2021 menunjukkan kualitas baik dengan NPL gross di bawah 1 persen. Dengan posisi laba bersih semester pertama yang cukup tebal, kami berencana memperkuat pencadangan CKPN, selain terus melakukan penjualan aset NPL dan hapus buku,” ujar Adi dalam keterangannya, Kamis (28/8/2025), dikutip dari Kontan.
Tekanan kredit bermasalah juga dialami bank besar. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mencatat NPL gross sebesar 3,3 persen per Juni 2025, naik dari 3,1 persen pada periode sama tahun lalu.
Direktur Manajemen Risiko BTN, Setiyo Wibowo, mengakui kenaikan tersebut terutama berasal dari segmen Kredit Pemilikan Rumah (KPR) non-subsidi, seiring melemahnya kemampuan bayar masyarakat kelas menengah-bawah.
“Namun tren ini masih dalam batas terkendali. Kami menyiapkan langkah mitigasi berupa penguatan penagihan, restrukturisasi kredit secara selektif, serta kerja sama dengan pemerintah dan pengembang untuk menjaga kualitas debitur. Kami melihat NPL berpotensi stabil, bahkan membaik seiring perbaikan ekonomi nasional,” kata Setiyo, Jumat (29/8/2025).
Berkomentarlah dengan baik dan bijak menggunakan facebook