Paus Leo XIV Sorot Ketimpangan Pendapatan Kompensasi Triliunan Dolar Tesla untuk Elon Musk
Papuaekspose.com – Paket kompensasi triliunan dolar Tesla untuk Elon Musk menjadi sorotan Paus Leo XIV yang mengkritik bagaimana gaji para kepala eksekutif jauh lebih besar dibandingkan gaji para karyawannya.
Pernyataan itu diungkapkan Paus Leo XIV dalam wawancara dengan media. Paus Leo menyoroti ketimpangan pendapatan sebagai salah satu faktor di balik polarisasi dalam masyarakat.
“Para CEO yang 60 tahun lalu mungkin memperoleh penghasilan empat hingga enam kali lipat lebih banyak dari yang diterima para pekerja (kini) jumlahnya 600 kali lipat lebih banyak dari yang diterima para pekerja pada umumnya,” kata Paus pertama dari Amerika tersebut.
Paus Leo XIV juga merujuk pada laporan berita bahwa Elon Musk berada di jalur yang tepat untuk menjadi triliuner pertama di dunia. “Apa maksudnya dan apa maksudnya? Jika hanya itu yang masih bernilai, maka kita dalam masalah besar,” ujarnya.
Kritik Paus Leo XIV muncul ketika dewan direksi Tesla mengusulkan paket gaji sebesar US$ 1 triliun untuk Elon Musk. Syaratnya Elon Musk mampu mengembangkan perusahaan kendaraan listrik tersebut delapan kali lipat selama dekade mendatang. Tesla saat ini bernilai sekitar US$ 1,09 triliun.
Dilansir dari Fortune, meskipun Paus Leo berhak atas gaji tahunan lebih dari US$ 400.000, setara dengan presiden dan rektor universitas AS, kekhawatirannya mencerminkan kecemasan yang lebih luas tentang gaji para eksekutif. Di antara 100 perusahaan S&P 500 dengan gaji pekerja median terendah, rata-rata kompensasi CEO mencapai US$ 17,2 juta pada 2024 dibandingkan dengan rata-rata gaji pekerja median sebesar US$ 35.570, menurut Institute for Policy Studies. Rasio tersebut adalah 632 banding 1.
Kutipan wawancara Paus Leo XIV itu dengan Elise Allen, koresponden senior di situs berita Katolik Crux, terbit pada Minggu, 14 September 2025. Allen mewawancarai Paus Leo pada akhir Juli untuk biografinya yang akan datang tentang Paus baru tersebut.
Paus Leo juga berbicara tentang harapannya untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina. Namun ia menyesalkan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa telah kehilangan kemampuan untuk menyatukan orang-orang dalam isu-isu multilateral.
Berkomentarlah dengan baik dan bijak menggunakan facebook