Papuaekspose.com – Jokowi tidak rela melepas jabatannya karena boleh jadi dirinya merasa terlalu banyak dosa politik buruk dan banyak program yang tidak kesampaian. Semua dosa yang politik Jokowi tidak mungkin diabaikan terutama berkaitan dengan pelanggaran hak hak asasi manusia, penipuan dan penyalahgunaan wewenang.

Adapun berkaitan dengan program yang belum tuntas bisa dipilah dua yaitu program untuk manfaat orang banyak serta program yang justru merugikan rakyat. Melihat Jokowi merancang membuat program dan cara mengatasinya terlihat sangat ambisius, ceroboh kurang perhitungan, tidak profesional menjadikan utang sebagai jalan solusi.

Secara sunahtullah kekuasaan Jokowi harus berakhir karena tidak layak lagi untuk memimpin, ia terus berupaya untuk memperpanjang kekuasaan pengaruhnya yaitu dengan berusaha menjegal lawan politiknya.

Namun takdir Allah mengharuskan Jokowi lengser dan harus digantikan oleh orang yang lurus. Usaha penjegalan terhadap Anies akan berakhir dengan kekecewaan. Inilah skenario Jokowi untuk menjegal Anies Insyaallah semuanya akan gagal:

Pertama, membentuk musrah, musrah hanya akal-akalan Jokowi akan kesan bahwa ini masih didukung rakyat biasanya para relawan akan membubarkan diri ketika capres menang atau kalah tapi ini mesti harus dipelihara karena ada agenda terselubung Jokowi yaitu diduga bertujuan penundaan pemilu atau masa perpanjangan jabatan presiden,tapi skenario ini gagal.

Kedua mencapreskan ganjar. Ganjar adalah orang yang digadang-gadang menjadi penerus Jokowi, ganjar dinilai mempunyai pedanaan karakter bisa dilanjutkan sekaligus dosa politik terlupakan. Tapi skenario gagal setelah PDIP mengambil-alih ganjar sebagai petugas partai dan Capres PDIP.

Ketiga menunda pilkada serentak sampai 2024, sebebasnya kebijakan ini melanggar undang – undang karena seorang Plt di bolehkan selama 6 bulan bukan sampai 2 tahun. Skenario ini dibangun untuk membangun kekuatan pro jokowi sekaligus mengpensiunkan Anies secara dini agar Anis tidak punya power lagi, tapi skenario inipun gagal total.

Keempat penunjukan Heru Budi sebagai Plt Gubenur bukan karena tugas Heru Budi menghancurkan reputasi Anies sekaligus untuk mengacak-acak hasil karya Anies. Semula terasa berhasil ketika kebijakan Heru membongkar trotoar warga Jakarta ngamuk sehingga rencana untuk menjatuhkan reputasi Anis gagal total bahkan menjadi bumerang.

Kelima, mempertahankan syarat  ambang batas pencapresan semula dengan mempertahankan presidesial terhope 20 % berharap bisa menjegal Anies berbagai eleman masyarakat termasuk Partai politik dan DPD mengacukan yudisial review ke MK tapi semua ditolak MK. Skenario penjegalan Anies melalui presidential trace hold akhirnya gagal total. Itu setelah Nasdem dengan penuh resiko bergabung dengan PKS dan Partai Demokrat mencapreskan Anis.

Keenam menjerat Anis melalui KPK lewat gelaran formula E. Tapi bukan berjalan mulus justru  menimbulkan gonjang-ganjing karena mendapatka  perlawanan dari pegawai dan pjmpinan KPK termasuk utusan Polri dipaksa mentersangkakan Anies. Keduannya disingkirkan dari KPK yang terjadi justru Firli di bongkar berbagai kebusukan dan pelanggaran hukum dan Etika skenario ini dipastikan gagal total.

Ketujuh, rezim menyuruh Muldoko membenggal  partai demokrat langkah ini adalah sebuah langkah yang sangat kasar arogan dan licik. Muldoko sendiri bukan anggota partai demokrat apalagi pengurus, makanya meski 16x keluar masuk pengadilan untuk merebut demokrat ia selalu gagal.

Akhirnya Muldoko nekad mengajukan PK ke MA. Tentu saja langkah ini akan gagal karena tidak mundur pembenarannya dari sisi hukum dikabulkan. Langkah berikutnya mendekati Nasdem PKS dan Demokrat agar nengurungkan niat pencapresan Anis tapi langkah inipun gagal total mereka tetap solid mengusung Anies sebagai Capres di tahun 2024.

Hanya Capres dengan 2 Calon semua di bawah kendalinya itu bagi jokowi sangat menguntungkan selain akan menyelamatkan dosa dosa politiknya juga bisa meneruskan program-program Jokowi yang terbengkalai. Sayangnya semua skenario tersebut telah gagal Capres menjadi 3 Calon sedangkan Ganjar diambil alih oleh PDIP.

Prabowo belum tentu sepenuh hati mendukung Jokowi sedangkan Anies sendiri kuasanya Allah akan tetap maju sebagai Capres. Ketua NasDem melihat ada ketidakseriusan etikat  baik dalam pencalonan Anies dari partai demokrat.

Demi memperkuat pertarungan menghadapi Jokowi yang semakin tidak memegang etika Kenegarawanan untuk melanggengkan kekuasaannya ditariknya dan berkoalisi NasDem PKS dan PKB.

Sehingga Muhaimin Iskandar untuk berpasangan dengan Anis  sebagai Cawapdes 2024. Akan tetapi Partai Demokrat kecewa dan keluar dari koalisi  dengan Partai Nasdem dan Partai Demokrat bergabung dengan Jokowi.

Hanya satu jurus lagi Jokowi memenangkan pertarungan melawan Anies yaitu melakukan kecurangan di pemilu tahun 2024, tapi upaya ini tidak mudah karena modus kecurangan pemilu 2019 sudah terbongkar sedikit demi sedikit.

Oleh : Suta Widhya SH
Pengamat Hukum Politik