Papuaekspose.com, Wamena – Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto mengambil langkah besar untuk memperkuat ekonomi rakyat. Sebanyak Rp200 triliun digelontorkan ke Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) untuk dikelola sebagai modal usaha UMKM. Kebijakan ini dilaksanakan oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, yang baru dilantik pada 8 September 2025 menggantikan Sri Mulyani Indrawati.

Harapannya jelas: dana jumbo ini bisa menjadi bensin tambahan bagi jutaan pelaku UMKM di seluruh Indonesia. UMKM yang selama ini berjibaku di tengah tekanan global, diharapkan bisa naik kelas, membuka lapangan kerja, dan memperkuat kemandirian ekonomi bangsa. Namun, seperti filosofi pacu jalur di Riau, keberhasilan hanya akan diraih bila semua pihak mendayung seirama: presiden sebagai nahkoda, menteri sebagai pengatur strategi, bank sebagai awak penggerak, dan UMKM sebagai perahu yang membawa harapan rakyat.

UMKM, Fondasi Ekonomi Rakyat

UMKM menyumbang lebih dari 60% PDB Indonesia dan menyerap hampir 97% tenaga kerja. Saat krisis global menghantam, UMKM terbukti menjadi penopang utama agar ekonomi tetap berdiri. Ekonom Chatib Basri menyebut UMKM sebagai bantalan ekonomi nasional yang menyerap guncangan ketika sektor besar goyah. Dengan suntikan Rp200 triliun, daya ungkit UMKM diharapkan semakin terasa nyata.

Peran Kunci Himbara

Empat bank Himbara — BRI, Mandiri, BNI, dan BTN — kini memegang amanat besar menyalurkan dana tersebut. Tantangannya adalah memastikan dana tidak berhenti di atas kertas atau menumpuk di rekening bank, melainkan benar-benar sampai ke tangan pelaku usaha. Ekonom Faisal Basri mengingatkan, kucuran dana besar tanpa pengawasan ketat bisa berujung tidak efektif. Karena itu, Himbara harus bekerja dengan prinsip inklusif dan berkeadilan.

IMG 20250917 221949
Muhamad Fagi Difinubun, S.Sos., M.M.

Tantangan Literasi Keuangan

Selain birokrasi, literasi keuangan menjadi hambatan utama. Banyak pelaku UMKM belum terbiasa dengan administrasi perbankan. Di sinilah pentingnya pendampingan. Pengamat perbankan Aviliani menegaskan, tanpa literasi, dana besar justru bisa menimbulkan masalah baru. Perlu sinergi antara pemerintah, asosiasi UMKM, perguruan tinggi, dan komunitas lokal agar kebijakan ini tepat sasaran.

Papua Pegunungan: Momentum Daerah Baru

Khusus di Papua Pegunungan, provinsi hasil pemekaran dari Papua, kebijakan ini bisa menjadi momentum penting. Modal usaha berpotensi memberdayakan petani kopi Wamena, pengrajin noken, peternak babi, hingga pedagang kecil di pasar tradisional. Bila didukung pendampingan, UMKM lokal bisa tumbuh, membuka lapangan kerja, dan mengurangi kesenjangan pembangunan dengan daerah lain. Ini kesempatan emas agar Papua Pegunungan tidak hanya menjadi penonton, tetapi turut menjadi motor penggerak ekonomi bangsa.

Menurut Penulis, Kebijakan Rp200 triliun adalah sinyal kuat bahwa pemerintahan Presiden Prabowo menempatkan UMKM sebagai tulang punggung ekonomi kerakyatan. Namun, efektivitasnya hanya bisa terwujud bila semua pihak mendayung seirama. Seperti pacu jalur di Riau, kekompakan menjadi kunci. Bila berhasil, program ini akan mengangkat ekonomi rakyat dari Jawa hingga Papua, sekaligus mendorong Indonesia menuju kemandirian dan kesejahteraan yang merata.

UMKM — dari warung desa di Jawa, pengrajin tenun di Nusa Tenggara, nelayan di Sulawesi dan Maluku, hingga pedagang noken di Papua — adalah wajah nyata Indonesia yang bekerja, berdaya, dan berjuang demi kehidupan yang lebih baik.

Penulis : Muhamad Fagi Difinubun, S.Sos., M.M
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)
Universitas Amal Ilmiah Yapis Wamena.

Berkomentarlah dengan baik dan bijak menggunakan facebook