Papuaekspose.com – Panglima Komando Daerah Perang III Ndugama Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Organisasi Papua Merdeka (OPM) Egianus Kogoya menyebut nama Prabowo Subianto dalam operasi Mapenduma pada 1996 dan membandingkan operasi itu dengan pembebasan pilot Susi Air, Kapten Philip saat ini.

Menurutnya, Prabowo pasti masih mengingat bagaimana misi penyelamatan sandera 28 tahun lalu itu yang tak menyasar warga-warga sipil Papua. Dulu sandera 13 asing maupun negara Indonesia dibebaskan  hanya pakai parang saja.

Namun dalam misi TNI-Polri untuk membebaskan Kapten Philip, pengerahan serangan udara bakal menyasar warga sipil.

“Demi pilot (sandera), orang Papua sudah banyak korban. Demi sandera pilot, orang Papua banyak korban,” ujar Egianus Kogoya.

Sebab itu, Egianus Kogoya menegaskan agar militer Indonesia tak menggunakan serangan udara, dan bom untuk perang di Papua, maupun dalam operasi bersenjata untuk pembebasan Kapten Philip.

Perlu diketahui Mapenduma 1996 adalah peristiwa penyanderaan 13 warga Indonesia dan asing oleh OPM di kawasan pegunungan Jayawijaya, yang saat ini berada di Provinsi Papua Pegunungan.

Panglima Komando Daerah Perang III Ndugama TPNPB Organisasi Papua Merdeka (OPM) Egianus Kogoya menyebut nama Prabowo Subianto
Kondisi pilot Kapten Philip Mark Mehrtens yang disandera OPM dalam foto yang dilansir pada Sabtu (14/4/2024). © Dok TPNPB-OPM

Operasi penyelamatan sandera ketika itu, dipimpin oleh Brigadir Jenderal (Brigjen) Prabowo Subianto yang saat itu masih sebagai Komandan Komandan Pasukan Khusus (Kopassus).

Prabowo saat ini, sebagai Menteri Pertahanan (Menhan), dan menjadi presiden Indonesia terpilih dari hasil Pilpres 2024.

Egianus Kogoya, mengatakan pasukan OPM, siap meladeni ragam operasi bersenjata militer Indonesia di Papua melalui darat.

“Saya minta negara Indonesia hentikan (serangan) dari udara. Kalau darat, saya siap lawan. Dari darat saya selalu siap lawan,” ujar dia.

Dia melanjutkan, tak lagi menempatkan sandera Kapten Philip di wilayah yang aman dari serangan. Sebab kata dia, dengan serangan-serangan udara, dan penggunaan bom oleh militer Indonesia yang menyasar warga Papua biasa, membuat OPM akan membawa serta Kapten Philip ke zona peperangan.

Egianus Kogoya mengatakan, tak lagi menjadikan pembebasan Kapten Philip sebagai opsi. Bahkan kata Egianus, Kapten Philip, pun bakal turut hilang nyawa bersama-sama di wilayah perang dengan TNI-Polri.

“Jadi saya tidak akan kasi kembali. Pilot ini kami akan bawa, kami bawa sampai pertempuran manapun. Pilot akan bersama saya sampai akan mati. Itu adalah target,” begitu kata Egianus Kogoya.

Kapten Philip adalah pilot pesawat perintis Susi Air yang disandera oleh OPM sejak Februari 2023 lalu di wilayah Nduga. Sampai saat ini, pilot berkebangsaan Selandia Baru itu masih dalam kondisi hidup dalam penyanderaan. Sejumlah misi penyelamatan beberapa kali dilakukan oleh TNI maupun Polri.

Dalam misi penyelamatan satu pilot asing tersebut, terjadi rentetan peristiwa kontak tembak yang menewaskan pihak TNI-Polri, maupun OPM. Upaya persuasif dengan mengandalkan peran tokoh adat dan agama, pun tak mempan membujuk OPM membebaskan Kapten Philip.

Sejak penyanderaan Kapten Philip, konflik bersenjata di Papua, pun semakin meluas. Di beberapa wilayah, di Papua, pun menjadi sering terjadi kontak tembak militer dengan OPM. Dan menewaskan masing-masing pihak. Namun dari rangkaian kontak tembak tersebut, pun juga menyasar warga sipil yang menjadi korban. Pangdam XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal (Mayjen) Izak Pangemanan, pernah mengatakan angka korban jiwa dalam rangkaian kontak senjata dengan OPM sepanjang 2023 menewaskan lebih dari 60 orang.

“Sepanjang 2023, korban yang meninggal terkait aksi kekerasan kelompok kriminal bersenjata (KKB-OPM) sebanyak 61 orang. Terdiri dari TNI 26 orang, Polri tiga orang dan sipil 32 orang,” kata Mayjen Izak saat konfrensi pers di Markas Subden Denma Mabes TNI di Jakarta Pusat, Senin (25/3/2024).

Periode Januari sampai Maret 2024, Mayjen Izak mengatakan sudah menelan korban jiwa tujuh orang dari pihak TNI-Polri.

Sedangkan dalam catatan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) ragam peristiwa kekerasan bersenjata di Papua sepanjang Maret-April 2024 sudah membawa delapan orang hilang nyawa. “Terdiri dari lima anggota TNI-Polri, dan tiga warga sipil yang terdiri dari satu orang dewasa, dan dua sebagai anak-anak,”  kata Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro dalam siaran pers, Ahad (14/4/2024).

Sementara belasan orang lainnya, kata Atnike mengalami luka-luka. Termasuk kata dia, ada dua korban perempuan yang turut mengalami kekerasan seksual.

Tuding TNI Jatuhkan Bom di Papua Demi Selamatkan Pilot Susi Air

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) kembali menuding Tentara Nasional Indonesia (TNI) melakukan menjatuhkan bom menggunakan pesawat tempur. Operasi itu bagian dari upaya pembebasan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, yang disandera kelompok bersenjata pimpinan Egianus Kogoya.

“Otoritas militer Indonesia melakukan serangan bom melalui pesawat jet tempur, dua helikopter Skuadron 11 dan kamera drone difasilitasi dengan bom mortir. Sebagaimana telah disampaikan oleh Kapten Philip pada 10 April 2024 lalu,” kata juru bicara TPNPB, Sebby Sambom, dalam keterangan tertulis, Kamis malam, 18 April 2024.

Sebby menjelaskan berdasarkan laporan dari Panglima TPNPB Komando Daerah Pertahanan III Ndugama-Derakma Egianus Kogoya, pengerahan pasukan militer dalam misi pembebasan Philip Mark Mehrtens melalui jalur udara telah merusak fasilitas sipil, perkebunan warga, dan tempat tinggal Kapten Philips. Kerusakan terjadi akibat terkena serangan bom mortir.

Bom mortar itu, kata Sebby, dibuang dan ditembak dari pesawat jet dan helikopter militer. “Tepat di tempat pengungsian,” kata dia.

Dia menjelaskan sejak 2017, seperti disampaikan Egianus Kogeya, sudah diumumkan kepada publik, pemerintah, serta militer Indonesia tentang wilayah termasuk dalam zona perang. Di antaranya dari Jalan Trans Wamena-Nduga sampai Mamugu atau Batas Batu.

“Di luar dari itu tempat pengungsian dan wilayah sipil, yang tidak boleh dilakukan serangan menggunakan pesawat, helikopter, dan serangan bom mortir melalui jalur darat dan udara,” ucap Sebby dalam keterangan tersebut.

Menurut Sebby, atas serangan tersebut Kapten Philip yang selama ini difasilitasi dan mendapatkan ruang aman, tinggal bersama masyarakat setempat di tempat pengungsian, telah diambil kembali.

“Kami telah ambil dari tempat aman,” katanya. Sebab, serangan bom mortir telah membahayakan dirinya dan warga sipil di tempat pengungsian.

Juru bicara TPNPB itu menjelaskan, Philip, akan dibawa ke medan perang dari Jalan Trans Wamena-Nduga sampai Mamugu jika pemerintah Indonesia dan Selandia Baru tidak bernegoisasi membebaskan sandera yang difasilitasi oleh PBB.

TPNPB menyebut militer Indonesia melakukan misi pembebasan sandera tanpa menjujung tinggi nilai-nilai kemanusiaan terhadap masyarakat sipil di tempat pengungsian. Area di luar wilayah konflik yang sudah diumumkan.

“Karena itu lembaga kemanusian secara global segera memantau permukiman warga sipil yang terkena serangan bom militer Indonesia sejak 27 Maret-3 April 2024,” ucap dia.

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayor Jenderal Nugraha Gumilar, pada Sabtu pekan lalu, telah membantah tudingan TPNPB jika militer melakukan serangan udara dan pengeboman di distrik Kwiyawagi, Geselma, Yuguru, dan sekitarnya yang merupakan daerah pengungsi di Kabupaten Nduga.

“Berita ini tidak benar, TNI dalam melaksanakan tugasnya mengedepankan operasi teritorial,” ucap jenderal bintang dua itu.